.
Pengertian
Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif,
disini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil yang di peroleh oleh
siswa. Belajar tidak dianggap sebagai perubahan tinkah laku karena belajar
adalah merupakan peubahan presepsi dan pemahaman dari dalam diri siswa.
2.
Teori
Perkembangan Piaget
Menurut piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Yang dimaksud
diatas adalah setiap seseorang yang mengalami bertambahnya umur maka semakin
komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya dalam
belajar. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut piaget, proses
belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilbrasi (penyeimbangan). Pengertian dari asimilasi adalah proses perubahan
apa yang dipahami sesuai dengan unsur kognitif yang ada sekarang, sementara
akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami.
Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka
informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok denganstrktur kognitif yang
telah dipunyainya. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget membagi
perkembangan kognitif menjdi empat :
a.
Tahap
sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motoriknya dan presepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dn dilakukan langkah demi
langkah. Kemampuan yang dimilikinya adalah :
-
Melihat dirinya sendiri
sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek yang lain.
-
Mencari rangsangan dari
sinar lampu dan suara.
-
Suka memperhatikan
sesuatu lebih lama.
-
Mendefinisikan sesuatu
dengan memanipulasinya
-
Memperhatikan obyek
sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b.
Tahap
preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah menggunakan simbol atau bahasa tanda
dan mulai berkembannya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
Preoperasional (umur 2-4 tahun),
anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun
masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek.
Karakteristik dalam tahap ini adalah :
-
Self counter nya sangat
menonjol.
-
Dapat
mengkalrifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
-
Tidak mampu memusatkan
perhatian pada obyek-obyek yang berbeda.
-
Mampu mengupulkan
barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
-
Dapat menyusun
benda-banda secara bederet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara
deretan.
Tahap
Intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah
dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam
menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Dalam hal ini
anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan obyek dimana anak tidak menyadarinya
dan anak juga dapat melakukan sesuatu terhadap suatu ide. Ia juga mengerti
terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
c.
Tahap
operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun).
Ciri
pada perkembangan ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Akan tetapi anak
hanya dapat memiliki kecakapan logis dengan benda-benda yang konkrit. Untuk
menhindari keterbatasan berfikir pada anak adalah dengan menggunakan gambaran
yang kongkrit, sehingga anak mampu menelaah persoalan.
d.
Tahap
operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak
sudah dapat berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikit
“kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan
inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat :
-
Bekerja secara efektif
dan sistematis.
3.
Teori
Belajar Menurut Bruner
Dalam memandang proses
belajar bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Free discovery learning
adalah teori yang disebutkan bruner, ia mengatakan bahwa jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman yang ia jumpai di kehidupannya, maka ia akan menemukan proses belajar
yang baik dan kreatif.
Perkembangan kongnitif
seseoran melalui 3 tahapan yaitu:
-
Tahap enaktif,
melakukan aktivitas yang menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya dengan
gigitan, sentuhan dll.
-
Tahap ikonik, memahami
obyek-obyek dengan bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
-
Tahap simbolik,
komunikasi yang dilakuakan adalah komunikasi yang menggunakan simbol, dimana
siswa sangat dipengaruhi oleh simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.
4.
Teori
Belajar Bermakana Ausubel
Pengetahuan diorganisai
dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan
yang lebih umum, inklusif, dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih
spesifik dan konkrit. Gagasan mengenai cara belajar dari umum ke khusus akan
memudahkan siswa dalam belajar yang sering disebut dengan Subsumptive sequencemenjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa. Advance organizers dikembangkan juga
oleh Ausubel, Advance organizers cara
ini memdahkan siswa untuk mempelajari materi yang baru, serta menghubungkannya
dengan materi yang telah dipelajarinya.
Bedasarkan konsepsi
dari Ausubelyang dikembangkan oleh para pakar teori kognitif dibentuk suatu
model yang eksplisit yaitu disebut dengan skemata. Di mana pertama, skemata
mempunyai fungsi untuk menggambarkan atau mempresentasikan organisasi
pengetahuan. Kedua, adalah sebagai tempat untuk mengkaitkan atau mencantolkan
pengetahuan baru.
5.
Aplikasi
Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut
teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan
penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Ketiga tokoh
memiliki pandangan yang sama mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengatifkan siswa secara optimal maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik. Sementara Bruner, lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery). Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu.
Proses belajar lebih menekankan pada cara berfikir deduktif.
0 komentar:
Posting Komentar